RESISTENSI
Teknik
terapi resistensi dipandang Sigmund Freud ini merupakan sebuah pertahanan diri pada
klien dalam mengalami kecemasan yang akan meningkat jika klien menjadi sadar
atas dorongan dan perasaan yang direpresinya. Orang seperti ini enggan sekali
mau menerima nasehat,dorongan dan motivasi dari siapapun termasuk konselor.
Mereka akan bersikap melawan, menentang atau upaya oposisi pada umumnya sikap
ini tidak berdasarkan atau merujuk pada paham yang jelas. Dimana orang seperti
ini disebabkan oleh ketidakbersediaan dan kegagalan kerja sama dalam konseling
atau terapi dan sering berhubungan dengan rasa cemas, bermusuhan, atau sikap
tidak percaya; dalam psikoanalisis Freud bahwa klien terlalu meyakini
kecemasan-kecemasan yang dialami, makanya klien tidak mau menerima dan malah
akan melawan dan menentang. Resistensi dapat menghambat kemampuan klien untuk
mengalami kehidupan yang lebih memuaskan sehingga sebisa mungkin konsekor harus
dapat memberi pemahaman pada klien agar membuka tabir resistensinya.
Proses interpretasi resistensi
1.
Terapis meminta klien melakukan asosiasi bebas dan
analisis mimpi yang dapat menunjukkan kesediaan klien untuk menghubungkan
pikiran, perasaan dan pengalaman klien.
2.
Selanjutnya analisis menanyakan bila terjadi hal yang
berbeda dengan apa yang di utarakan misal klien bercerita dengan penuh semangat
namun tiba-tiba sedih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar